-hidupku yang brengket-
Ini hidup yang berengket, atau aku saja yang sebenarnya berengket?
: Sesuatu yang hampir muskil kubedakan.
Siapa
yang sebenarnya salah? Atau mungkin kau bisa menilik diriku; mencoba
menerka-nerka siapa diriku yang sebenarnya. Dengan mengamati apa dan
bagaimana aku hidup; yang berantakan, rumit dan tidak menyenangkan.
Di
balik sebuah banner panjang yang menutupi sebuah pojok ruangan. Rak
sepatu yang disulap menjadi tempat menyimpan buku dan arsip organisasi
ada di balik banner itu. Sebuah kardus penyok, dengan tempat penyimpanan
arsip yang penuh dengan kotoran rayap. Jarang ada surat yang masuk ke
tempat itu. Semuanya berantakan: surat-surat, proposal, materi
jurnalistik, berserakan begitu saja di lantai. Jika ia bernasib baik: ia
selamat. Kalau tidak: menjadi tempat alas kopi atau untuk membungkus
bangkai cicak yang berbau busuk dan kerap membuat hidungku menjadi
bebal.
Ada
juga sebuah tas cangklong kuning pemberian kekasihku yang sudah lama
tidak terjamah sabun. Mungkin sudah puluhan noda ada di situ. Ia menjadi
tempatku menyimpan buku bahan skripsi. Di balik banner itu pula, ada
sebuah asbak dari gips, dengan ukiran timbul
perempuan telanjang yang tidur terlentang di pinggiran asbak itu.
Bagian kemaluannya sudah berwarna hitam pekat –bekas abu– karena di
sanalah tempat faforit untuk mematikan abu rokok bagi kawan-kawanku di
sekertariat. Mengerikan.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar