Enrich your website with powerful apps



Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Senin, 12 November 2012

Gang dolly n texas Unijoyo: ah..ih..uh

Temanku barusan mendapat berita penting dari temannya yang kuliah di Universitas di berbagai penjuru: Jogya, malang, unesa dan mungkin banyak lagi. Tapi terlewatkan karena beberapa hal. Terus terang hal ini membuat saya menjadi semakin bangga mendengar berita yang menghebohkan (bagi saya pribadi) perihal kampus kami tercinta. Sekalipun pada akhirnya agak sedikit tersenyum kecut atas realita ini.

Kita tahu untuk menjadi terkenal memang membutuhkan semacam pelecut nama, istilah kerennya sensasi. Dari sinilah kita akan di ekspose, kemudian dikenal lantas nama melejit – soal sensasi yang baik atau buruk itu urusan nanti – yang penting adalah bagaimana bisa terkenal itu yang utama. Ya setidaknya bisa sedikit meringankan beban humas Unijoyo dalam hal promosi – sekalipun di kalangan calon mahasiswa hidung belang. Tapi bagi saya perlu saya garis bawahi disini adalah masalah sensasi ini bukan karya dari dalam jajaran rektorat, dekanat sampai di tataran jurusan untuk melejitkan nama Unijoyo di dunia luar. Dan sekali lagi ini hanya parodi yang lahir dari mahasiswa Unijoyo sendiri dan kabetulan realitas ini menjadi hiburan bagi saya selepas stess karena tugas dari jurusan komunikasi. 

Kembali lagi ke masalah melejitnya nama Unijoyo di kampus-kampus lain. Terus terang saya tertegun dan kaget, ketika teman saya mengatakan bahwasannya kampus kita terkenal. Saya begitu antusias mendengarkan – apa mungkin Unijoyo kini mendapat prestasi akademik di luar hingga mengalahkan Unair, Brawijaya dan UGM. Atau mungkin UI misalnya. Saya begitu tak sabar mendengar kelanjutan cerita teman saya. 

Di benak saya waktu itu adalah Unijoyo terkanal insan akademiknya disamping Unijoyo yang terkenal sebagai kampus perjuangan. Saya pasti menitikkan air mata bila mana itu benar terjadi. Apalagi itu di mata kampus yang namanya tak bisa diremehkan. Dan setelah teman saya menceritakan kelanjutan ceritanya, saya menjadi amat tertegun dan sedikit nyengir. “Bagaimana tidak. Di unijoyo terkenal ada nama gang dolly n gang texasnya” lanjutnya sambil tertawa ngakak. “Dasar mahasiswa komunikasi gendeng. Berita kayak gitu kog ngakak”. Dan kemudian saya memafhumi. Kalau tak seperti itu bukan komunikasi namanya.

Ya Tuhan apalagi cobaanmu ini. Kampusku terkenal memiliki lingkungan kos mahasiswa yang bernama gang dolly dan gang texas. Kabarnya gang dolly dan gang texas du jadikan sebuah simbol hedonisme yang ada di lingkungan kampus Unijoyo.

Batapa saya tidak mengelus dada. Realita semacam itu menjadi bahan perbincangan dan sesuatu yang lux bagi mahasiswa universitas gede itu. Sekalipun kita ketahui bersama bahwasannya semua kampus yang menertawakan kita pasti juga memiliki realita semacam ini juga di kampusnya. Hanya saja perbedaannya, kita lebih senang berlari dengan menunjukkan boroknya kita. Apa memang ini yang menjadi budaya di kampus yang terletak di pulau garam ini. Dan kalau memang bener, ya sudah sekalian saja kita rusak-rusak sekalian. Tak perlu lah kita menutup-nutupi kebusukan kita kalau nyatanya memang sudah tercium baunya. Bisa dibilang hedonisme-hedonisme aja, tak perlulah kita ngomong perjuangan, agama, dan moral kalau nyatanya pelacuran di kampung sendiri kita menutup mata. Sekalipun saya tahu bahwa realita ah ih uh ah ih uh yes no di gang dolly dan gang texas bukan merupakan cerminan dari keseluruhan masyrakat unijoyo. Tapi paling tidak mewakili lah. 

Tapi yang mengherankan adalah fenomena semacam itu merupakan hal yang biasa di kalangan mahasiswa Unijoyo sendiri. Kemudian lahirnya parodi ini kalau saya lihat telah lahir dari pikiran kreatif dari para pecandu warung kopi dan rokok itu sendiri. Dan kalau kita tanya apa yang membuat mereka menamainya (gang dolly dan gang texas) hingga kini bisa sampai terdengar di kampus yang nun jauh di sana. Lantas dimana kebanggaan dari para aktivisnya yang ngomong ngalor ngidul masalah negeri ini dengan mulut berbusa di depan orang banyak tapi resletingnya terbuka lantas kelaminnya keluar. Ngomong masalah nasionalisme, agama, negara, perjuangan, tapi memperjuangkan hal yang di depan mata saja kita malas.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apa realitas melejitnya nama Unijoyo ini memang sengaja di banggakan dan di sebarkan oleh para mahasiswa unijoyo sendiri, atau memang sudah menjadi takdir tuhan? Atau mungkin ini sebuah lecutan agar pihak intern kampus lebih kreatif dalam melejitkan nama Unijoyo di dunia luar. Dan lecutan untuk para mahasiswa, agar lebih bisa menjual sesuatu yang mungkin dapat lebih di banggakan, ketimbang oleh realita gang dolly dan gang texas. 

Inikah wajah Unijoyo. Sebuah kampus yang mahasiswanya meletakkan masalah sex tak lagi di sebuah ritus suci pelaminan dan ranjang pengantin. Tapi kemudian mengesernya menjadi hal remeh yang bisa dilakukan dimanapun. Dan bebas pula. Kemudian dimana sisi religiusitas dari pulau Madura itu sendiri. Yang menjadikan sebuah ciri yang tidak dimiliki oleh kampus lain – ya setidaknya meskipun kalah di bidang yang akademik, setidaknya religiusitas mahasiswanya bisa nomor satu lah – atau mungkin perjuangannya yang kabar burugnya mulai melempem. Dan ternoda urusan duid.

Lantas di tempat mana lagi kita akan menyembunyikan wajah kita. Di lipatan bantal tempat kita tidur, buku, organisasi eksternal, atau di lipatan BRA kekasih kita yang kita telanjangi di kos. Sudah macetkah daya dari mesin kreatifitas mahasiswa di Unijoyo? Jawaban itu sudah tidak perlu kita bawa ke Mama Lauren. Tapi dengan kita mengamati unijoyo dari dekat sekali. Dimana mata kita akan silau dengan tragedi dan berbagai hal ironi yang ada di dalamnya. 

Mungkin yang dapat saya kemukakan adalah bagai mana kita mulai dongkrak nama kampus perjuangan ini dari perjuagan yang paling kecil hingga lebih besar. Tak perlu lah kita meletakkan perjuangan rakyat sebagai masalah nomor 1 tapi nyatanya perjuangan membentuk nama baik kampus di jadikan urusan nomor duaratus tiga puluh sembilan.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...